Archive

Posts Tagged ‘mutiara kehidupan’

Pesan KH. Hasyim Muzadi sebelum meninggal

March 18, 2017 Leave a comment

Sebelum Meninggal, Kiai Hasyim Minta Kutipan Al-Hikam

Jakarta — Kecintaan Kiai Haji Hasyim Muzadi kepada kitab Al-Hikam sangat besar sekali. Sebelum meninggal, almarhum meminta ditempelkan kutipan dari kitab itu di kamarnya.

“Bunyi dari kutipan ini istirahatkan dirimu untuk mengatur segala sesuatu yang sudah diatur oleh Tuhan,” kata Dr. Arif Zamhari, menantu almarhum, di Pondok Pesantren Alhikam Depok, Beji, Depok, Kamis 16 Maret 2017.

Arif mengatakan, Al-Hikam mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan sehingga disukai Hasyim. Kitab ini, kata dia, juga salah satu pegangan para kiai.

Kitab itu mengandung ajaran soal hubungan seorang hamba dengan Allah dan sesama manusia. Isi kandungan dari Al-Hikam rutin diajarkan kepada jemaah di pengajian bulanan di Malang. Bahkan santri senior di Pesantren Al-Hikam juga dibimbing secara khusus untuk memahami esensi dari kitab yang telah berumur ratusan tahun itu. Kitab ini dipelajari secara khusus.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi tutup usia pada Rabu pagi 16 Maret 2017, di Malang, Jawa Timur. Jenazahnya kemudian dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat.

 

Tadbir

Kesungguhanmu untuk mencapai apa yang telah dijamin Allah Ta’ala padamu,yakni rezeki dan kelalaianmu dalam apa yang telah diperintahkan kepadamu, itu adalah menunjukkan atas kebutaan mata hatimu,karena bahwasanya mata hati itu adalah Nur yang di anugerahkan Allah Ta’ala di dalam hati, yang mengetahui dengan Nur itu IrodatuLlaah/Kehendak Allah Ta’ala daripada hamba-Nya

TENANGKAN DIRIMU wahai murid DARI TADBIR yaitu dalam urusan duniawimu.

Yang dimaksud tadbir adalah seseorang yang menentukan sesuatu atas dirinya mengenahi sesuatu hal / keadaan dimana hal tersebut bersesuaian dengan syahwatnya, kemudian ia mengikutinya dengan beberapa rekayasa dan usaha untuk mendapatkannya. Dan hal yang demikian ini adalah kepayahan yang besar bagi manusia karena terkadang banyak sekali keinginan yang diharapkan akan tetapi sedikit yang di dapat yang sesuai dengan keinginannya.

Adapun isyarat kata ARIH NAFSAKA / tenangkan dirimu dimaksudkan bahwa yang harus ditinggalkan adalah usaha yang menyebabkan kepayahan yang sangat.

Adapun usaha untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk memperkuat ibadah kepada Allah tidaklah tercela. KARENA SESUATU YANG TELAH DIJAMIN BAGIMU OLEH ALLAH (DARI RIZKI) MAKA JANGANLAH KAMU MENGAMBIL ALIH PERAN ITU.

Yakni sesungguhnya setiap urusan menjadi lapang apabila sudah ada yang mengerjakan selain dirimu yaitu Allah Ta’ala. Dan apa saja yang telah ditanggung / dikerjakan oleh Selainmu, maka tidak ada faidah keikut sertaanmu dalam peran itu dan apa yang engkau adalah pekerjaan yang sia-sia / fudhul. Apalagi sampai menyebabkan menginggalkan ibadah dan bertentangan dengan hukum Tuhan.

Dan seorang murid dijelaskan dalam masalah ini karena apabila la bertawajuh menghadapkan seluruh jiwa raganya kepada Allah dan keadaannya sibuk dengan berbagai wirid thariqah dalam amaliyah sehari-hari, maka pada umumnya akan tertinggallah penghidupannya (menjadi miskin harta benda).

Maka dalam kondisi seperti ini, datanglah syaitan mendekatinya dan memasukkan rasa was-was/raug-ragu ke dalam hati murid, sehingga ia akan merekayasa sesuatu usaha untuk dirinya dimana apa yang ia bayangkan dan ia angan-angankan kebanyakan tidak pernah akan terjadi.

Dan untuk mengobati hal ini adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah dan memperbanyak riyadhah sehingga syaitan menjauh darinya dan hatinya berhasil menjadi lapang.

Usaha makhluk dalam urusan dunia secara memforsir diri dan penuh rekayasa sebagaimana yang di sebutkan di atas adalah tercela karena pada hakikatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin dan menanggung bagi mereka akan rizki mereka. Dan Allah yang mengatur segalanya.

Adapun yang di tuntut oleh Allah dari manusia adalah kelapangan hati dari kesibukan urusan dunia sehingga mereka dapat berkonsentrasi beribadah kepada Allah dan memenuhi kewajiban yang dibebankan kepada mereka.

Akan tetapi kebanyakan yang berlaku pada seorang hamba adalah ia membebankan dirinya sendiri untuk sibuk dengan urusan duniawi karena dorongan untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu dan syahwat mereka dan sudah pasti yang demikian ini adalah kepayahan yang sangat karena dengan kesibukannya melayani tuntutan syahwat pastilah akan berkurang pelayanannya terhadap Tuhannya.

Hal demikian ini tentu menyimpang dari kaidah-kaidah penghambaan diri kepada Allah dan berubah menjadi penghambaan diri kepada hawa nafsu dan syahwat.

Kemudian dalam kesungguhan mencari rizki untuk pemenuhan tuntutan syahwat (duniawi) akan terdapat beberapa bahaya diantaranya meninggalkan UBUDIAH kepada Allah, melakukan hal-hal yang menyimpang dari hukum Allah, menyia-nyiakan umur sehingga sedikit ubudiyahnya kepada Allah, dimana hal-hal tersebut sangat dijauhi oleh orang-orang berakal.

Syaikh Sahal bin AbdulLah berkata, “ tinggalkanlah tadbir dan ikhtiyar karena sesungguhnya keduanya dapat memperkeruh hati manusia dalam kehidupannya”.

Sayyidy Abu Al-Hasan Asy-Syazily RA berkata, “jika memang tidak boleh tidak / harus bagi dirimu untuk ber tadbir, maka berusahalah untuk tidak bertadbir….